
Samarinda (Humas) - Dalam upaya meningkatkan kompetensi dan kualitas pembelajaran di lingkungan madrasah, Pengawas Madrasah, Imran, M.Pd., memberikan sambutan dalam kegiatan In House Training (IHT) di MTs Negeri Samarinda, Selasa (7/10). Kegiatan ini mengusung tema “Praktik Penyusunan Modul Ajar Deep Learning dan Kurikulum Berbasis Cinta dalam Mewujudkan Pendidikan Bermutu dan Berkarakter.”
Kegiatan IHT diikuti oleh 104 guru dan staf MTs Negeri Samarinda. Para peserta tampak antusias mengikuti setiap sesi yang dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam tentang pengembangan modul ajar yang relevan dengan kebutuhan pembelajaran abad ke-21.
Dalam arahannya, Imran, M.Pd.
menegaskan bahwa guru merupakan ujung tombak dalam menghadirkan pendidikan yang
bermutu. Oleh karena itu, guru harus terus beradaptasi dengan perubahan,
terutama di tengah perkembangan teknologi dan dinamika kurikulum. Ia menilai,
kegiatan seperti IHT ini menjadi wadah penting untuk memperkaya wawasan dan
menumbuhkan semangat inovasi di kalangan pendidik.
“Guru madrasah harus kreatif dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman. Pembelajaran berbasis Deep Learning akan membantu peserta didik
berpikir kritis, memahami konsep secara mendalam, serta mengaitkannya dengan
kehidupan nyata,” ujarnya dalam arahannya kepada para peserta.
Lebih lanjut, Imran menekankan
bahwa kurikulum berbasis cinta bukan hanya slogan, tetapi menjadi pendekatan
yang menumbuhkan empati dan karakter dalam proses pendidikan. Menurutnya, guru
yang mengajar dengan hati akan melahirkan peserta didik yang bersemangat,
berakhlak, dan memiliki kecintaan terhadap ilmu.
“Ketika guru menanamkan nilai kasih, keteladanan, dan kepedulian dalam
pembelajaran, maka madrasah akan menjadi tempat tumbuhnya generasi yang tidak
hanya cerdas, tapi juga berakhlak mulia,” tambahnya.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber,
Siti Djulaikah, S.Pd., M.Pd., yang membagikan pengalaman dan strategi praktis
dalam penyusunan modul ajar berbasis Deep Learning serta integrasi
nilai-nilai cinta dalam kurikulum. Ia memaparkan bagaimana modul ajar dapat
menjadi alat pembelajaran yang inspiratif dan kontekstual, dengan menekankan
proses berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills),
kolaborasi, dan refleksi nilai-nilai kehidupan.
“Pendidikan tidak berhenti pada transfer pengetahuan, tetapi harus mampu
membangun kesadaran diri dan karakter peserta didik. Modul ajar yang disusun
dengan pendekatan Deep Learning akan membantu siswa belajar lebih
bermakna dan berdaya cipta,” jelasnya.
Para guru juga
diajak untuk melakukan praktik langsung penyusunan modul ajar sesuai bidang
masing-masing. Dalam sesi tersebut, peserta berdiskusi, berkolaborasi, dan
mempresentasikan hasil rancangan modul yang menekankan aspek karakter, nilai
spiritual, serta penguatan profil pelajar Pancasila.
Kepala MTs Negeri Samarinda, Dr.
Misbakhus Sururi, M.Pd.I, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya
kegiatan ini. Ia menyebut IHT sebagai langkah nyata dalam membangun budaya
belajar di kalangan guru madrasah.
“MTsN Samarinda berkomitmen untuk terus mengembangkan kualitas pembelajaran.
Dengan dukungan pengawas, narasumber, dan seluruh guru, kami berharap madrasah
ini dapat menjadi contoh penerapan kurikulum yang adaptif dan berkarakter,”
ungkapnya.
Kegiatan IHT
ini tidak hanya menjadi ajang pelatihan teknis, tetapi juga ruang refleksi dan
kolaborasi antarpendidik dalam memperkuat nilai-nilai profesionalisme dan
akhlak. Melalui kegiatan ini, MTs Negeri Samarinda menunjukkan komitmennya
dalam mendukung visi Kementerian Agama untuk mewujudkan pendidikan madrasah
yang unggul, berdaya saing, dan menanamkan karakter cinta dalam setiap proses
belajar. (DNA)