Dalam kehidupan modern yang serba
cepat, umat Islam dihadapkan pada berbagai tantangan: arus informasi yang
deras, pergeseran nilai, hingga melemahnya tradisi spiritual di kalangan
generasi muda. Kondisi ini menuntut adanya penguatan literasi keagamaan, yakni
kemampuan memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama secara benar dan
kontekstual. Salah satu bentuk literasi keagamaan yang sangat penting untuk
dibangkitkan adalah kesadaran akan keutamaan memperbanyak sholawat kepada Nabi
Muhammad SAW. Sholawat bukan sekadar bacaan ritual, tetapi juga sarana
mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperkuat kecintaan kepada Rasulullah SAW,
serta menumbuhkan akhlak mulia. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan:
“Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
(QS. Al-Ahzab: 56).
Ayat ini menegaskan bahwa
memperbanyak sholawat bukan sekadar anjuran, tetapi perintah langsung dari
Allah SWT yang harus diamalkan oleh setiap Muslim.
Literasi keagamaan berarti
memahami ajaran agama tidak hanya pada tataran teks, tetapi juga makna dan
relevansinya dalam kehidupan. Generasi yang memiliki literasi keagamaan yang
baik akan mampu menempatkan agama sebagai pedoman hidup yang menenteramkan,
bukan sekadar formalitas. Dalam konteks sholawat, literasi keagamaan mendorong
umat untuk tidak hanya tahu bacaan sholawat, tetapi juga memahami makna dan
manfaatnya. Dengan demikian, sholawat tidak dipandang sebagai kewajiban ritual
semata, melainkan sebagai jalan mendekatkan diri kepada Rasulullah SAW dan
memperbaiki kualitas iman. Cinta kepada Rasulullah SAW merupakan salah satu
fondasi iman. Rasulullah bersabda: “Tidaklah sempurna iman salah seorang
dari kalian hingga aku lebih ia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan
seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Banyak hadis yang menjelaskan
keutamaan sholawat. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang bersholawat
kepadaku satu kali, maka Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali.”
(HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa sholawat membawa keberkahan,
menghapus dosa, meningkatkan derajat, serta mendekatkan seorang hamba dengan
Rasulullah SAW kelak di hari akhir. Sholawat dapat dibaca kapan saja dan di
mana saja. Ia tidak terbatas pada waktu tertentu. Literasi keagamaan mendorong
umat untuk menjadikan sholawat sebagai kebiasaan harian, seperti ketika selesai
shalat, saat bepergian, ketika menghadapi masalah, atau bahkan saat bekerja. Selain
itu, memperbanyak sholawat juga dapat menjadi sarana menenangkan hati di tengah
kesibukan dunia. Lisan yang terbiasa bersholawat akan selalu terhubung dengan
zikir dan kebaikan, sehingga terhindar dari ucapan sia-sia.
Di tengah derasnya arus
digitalisasi, banyak generasi muda lebih mudah terpengaruh oleh konten-konten
yang menjauhkan dari nilai spiritual. Di sinilah pentingnya literasi keagamaan
yang menekankan pada amalan-amalan sederhana, tetapi penuh makna, salah satunya
sholawat.
Dengan membiasakan sholawat,
generasi Muslim dapat mengisi ruang hati dan pikirannya dengan kecintaan kepada
Rasulullah SAW, yang pada gilirannya akan memengaruhi perilaku mereka. Sholawat
dapat menjadi benteng moral sekaligus energi spiritual untuk menghadapi
tantangan zaman.
Literasi keagamaan adalah kunci
untuk menghadapi kehidupan modern yang kompleks. Dengan memahami, menghayati,
dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh, umat dapat menjadi lebih kuat,
moderat, dan berakhlak mulia. Salah satu wujud nyata literasi keagamaan adalah
memperbanyak sholawat kepada Rasulullah SAW. Sholawat bukan hanya bacaan,
tetapi juga doa, zikir, dan pernyataan cinta. Melalui sholawat, umat Islam
mendekatkan diri kepada Allah, memperkuat kecintaan kepada Nabi, serta
menumbuhkan akhlak mulia.
Mari kita jadikan sholawat
sebagai amalan harian, baik di rumah, sekolah, tempat kerja, maupun di ruang
publik. Dengan sholawat, hati akan tenang, hidup akan berkah, dan kita akan
mendapat syafaat Rasulullah SAW di hari kiamat. Inilah wujud literasi keagamaan
yang sejati: memahami ajaran, mengamalkannya, dan merasakan manfaatnya dalam
kehidupan nyata.